Jumat, 29 September 2017

Pengembangan Inovasi Perkeretaapian Indonesia menuju Fokus Customer-Oriented



Menempatkan kepuasan customers sebagai prioritas bukan merupakan sebuah hal baru di dunia bisnis. Bahkan pernyataan tersebut kerap kali terpampang nyata di visi misi perusahaan. Senada dengan hal tersebut, Kereta Api Indonesia pun dengan tegas melantangkan bahwa perusahaan ini ingin menjadi penyedia jasa perekeretaapian terbaik dan fokus pada pelayanan pelanggan dan dapat memenuhi harapan para stakeholders. Transformasi dari product oriented menjadi customer oriented terus digulirkan dan menjadi concern dalam berbagai kebijakan yang ditetapkan. Hal ini menjadi penting karena perusahaan ini bertanggung jawab penuh untuk menjaga kepercayaan para stakeholders dengan memberikan pelayanan dan performa terbaik. Lantas apa masalahnya? Ternyata pernyataan tersebut jauh lebih mudah menggaungkannya daripada mewujudkannya. Keselamatan perekeretaapian, ketepatan waktu keberangkatan, pelayanan kepada customers dan kenyamanan masih jauh dari kata optimal. Hal ini menjadi sebuah mandat besar bagi PT KAI untuk berjibaku mewujudkan pemberian nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders. Apa yang dapat dilakukan untuk merealisasikannya?

INOVASI adalah kuncinya. Bukan tanpa alasan mengingat berdasarkan data yang diperoleh, kereta api indonesia sudah mampu mengangkut penumpang 1 juta orang sehari. Namun sebelum bergerak ke inovasi, pertanyaan mendasar adalah seberapa realiable dan comfortable kereta api dapat digunakan sebagai moda transportasi utama di Indonesia? Pertanyaan itu akan dapat dijawab dengan melakukan assessment terhadap faktor Keselamatan, Ketepatan Waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan. Dalam artian, faktor tersebut akan berdasar pada perspektif customers dalam ber-experience dengan perkeretaapian. Dibutuhkan pembahasan terpisah menggali keempat pilar tersebut, tetapi tidak naif jika disimpulkan bahwa saat ini keempat elemen tersebut masih jauh dari maksimal. Sebagai contoh adalah tingkat keselamatan yang masih rendah berdasarkan media release KNKT (2016) terkait investigasi kecelakaan perkeretaapian. Fakta tersebut mengungkap bahwa jumlah kecelakaan kereta api meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu 3 pada 2012, 2 pada 2013, 6 pada 2014, 7 pada 2015, dan 6 pada 2016. Menyedihkan melihat fakta bahwa pada tahun 2015 terdapat 4 kali tubrukan kereta api dan 6 kali anjlokan atau terguling pada tahun 2016. Lantas bagaimana meningkatkan nilai tambah bagi stakeholders melalui inovasi?

Again, semua inovasi harus dilihat dari perspektif customers. Dengan kata lain, apa yang mereka butuhkan, apa yang nyaman bagi mereka, bukan apa yang menurut PT KAI mereka butuhkan. Fasilitas dan sarana stasiun, sarana prasarana di kereta api, infrastruktur pada rel dan jalan kereta api, jumlah rangkaian kereta, frekuensi perjalanan dan penjadwalan merupakan area-area yang diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi stakeholders. Penyediaan pengalaman luar biasa bagi para pengguna jasa layanan kereta api menjadi hal yang patut dijunjung oleh seluruh elemen jajaran manajemen perekeretaapian.

Fasilitas dan Sarana Stasiun
Schedule board screen seyogyanya mandatory diperlukan di setiap stasiun. Fasilitas ini sederhana tetapi sangat bermanfaat dengan menilik stasiun-stasiun di negara maju seperti Inggris, Singapore, Belanda yang ada tidak hanya di stasiun besar tetapi juga di stasiun kecil. Di board tersebut dipampangkan berapa menit lagi kereta akan sampai di stasiun dimaksud, dan berapa lama lagi kereta berikutnya akan tiba. Jika memungkinkan penumpang disuguhkan informasi arrival kereta pada satu jam ke depan. Di bawah board tersebut juga perlu dibuat semacam running teks yang menjelaskan stasiun mana saja yang akan dilintasi kereta tersebut sampai ke terminate stasiun. Asumsikan semua penumpang adalah penumpang baru yang perlu informasi yang terintegrasi dalam satu board. Jika ada keterlambatan juga di-state disitu apakah estimasi terlambat 5 menit. Sehingga penumpang akan mendapatkan kepastian dalam perjalanan mereka.

Selanjutnya, indikator kualitas sebuah layanan perkerataapian atau dalam hal ini stasiun adalah sejauh mana stasiun tersebut menyediakan equal treatment terhadap kaum difabel. Mengapa demikian? Mereka juga mempunyai hak yang sama atas fasilitas kereta. Berkaca dari kualitas pelayanan kereta api di negara maju, hampir semua stasiun menyediakan lift atau jalur landai untuk kaum difabel yang difasilitasi sampai keluar stasiun dan masuk ke kereta. Jika hanya tangga atau eskalator, atau underpass pakai tangga, maka bisa diasumsikan kaum difabel tidak dihitung dalam komponen penumpangnya. Ini menjadi penting agar kereta api Indonesia concern terhadap fasilitas ini untuk menjadi moda transportasi yang reliable. Banyak yang masih memerlukan perbaikan di stasiun tetapi kedua hal tersebut menjadi faktor yang urgent yang harus segera seketika harus ditindaklanjuti dalam rangka kenyamanan penumpang. Juga jalur extension bagi para kaum difabel untuk keluar dari kereta ke peron menjadi penting.

Tidak kalah pentingnya adalah penggunaan bilingual pada sign board di seluruh stasiun sehingga di masa depan diharapkan kereta api menjadi moda transportasi yang nyaman buat pihak asing juga seperti di negera maju. Lagi-lagi, fokusnya adalah customer oriented. Kehandalan kereta api juga tidak terlepas bagaimana mampu mengakomodir semua pihak lokal maupun asing untuk bersama-sama menikmati fasilitas di kereta api termasuk stasiunnya.

Terdengar aneh mungkin saat ini bahwa penyediaan fasilitas WiFi di stasiun menjadi sangat krusial. Bagaimana tidak? Penumpang akan sangat merasakan kenyamanan dan kehandalan stasiun jika fasilitas free internet bisa diterapkan terutama di stasiun besar. Di negara maju hampir semua sudah menerapkan WiFi free access di stasiun besar. Boleh juga diterapkan seperti bandara free internet untuk waktu tertentu misalnya 30 menit untuk 1 device, sehingga hal tersebut mampu memfasilitasi waktu tunggu penumpang.

Sarana dan Prasarana di Rangkaian Kereta
Again, inovasi yang diusulkan adalah hal yang sangat sederhana, doable dan less costly. Poster informasi jalur lintas kereta api di atas pintu kereta yang ditampilkan adalah informasi statis. To be honest, hal tersebut tidak begitu informatif. Mengapa demikian? Lagi-lagi, anggaplah penumpang itu masih baru untuk jalur itu, apa yang mereka butuhkan? Sepanjang jalan mereka akan berpikir “saya sudah sampai dimana ini?’, “berapa stasiun lagi saya akan sampai?”. Berkaca dari perkeretaapian di negara maju, biasanya petunjuk jalur perlintasan kereta di atas pintu keluar kereta dibuat lebih dinamis dengan menggunakan lampu point kedap kedip ketika kereta akan menuju ke stasiun tersebut. Jadi penumpang dapat bersiap-siap dan tidak kebingungan sudah sampai di stasiun mana. Dengan kata lain, kenyamanan dalam kereta api berkaitan dengan kepastian dan ketersediaan informasi yang handal.

Selanjutnya, pemasangan information board screen bagi penumpang terkait perpindahan peron atau jalur berapa untuk tujuan stasiun tertentu di dekat pintu keluar kereta sangat penting terutama di stasiun pergantian kereta. Hal ini tidak dapat dielakkan lagi mengingat informasi tersebut perlu dimiliki sebagai kepastian harus bergerak ke peron berapa pada saat keluar kereta. Tidak perlu bertanya-tanya ke penumpang lain karena ada board tersebut. Wait, kan sudah ada sign board di stasiun untuk pergantian peron? Untuk hal ini, coba dibayangkan pada saat crowded di peak hour, semua orang diburu waktu, dan sangat tidak nyaman melihat sign board ke jalur mana pada saat berdesak-desakan di stasiun untuk keluar kereta. Perlu diketahui bahwa inovasi ini dikembangkan di kereta api Italia dan Spanyol, dan beberapa kereta api di Eropa Selatan. Asumsinya adalah penumpang masih baru di jalur itu dan tidak tahu informasi sama sekali.

Kehandalan dan kenyamanan kereta api dengan menambah moda transportasi rangkaian kereta pada peak hour. Untuk Kereta Commuter Line yang menjadi andalan masyarakat di luar Jakarta menuju tempat bekerja di daerah Jakarta menjadi sangat berdesak-desakan pada peak hour. Dengan kata lain, parfum yang dipakai dari rumah masih wangi berubah menjadi aroma keringat setelah keluar dari moda transportasi ini mengingat tingkat occupancy yang jauh melampaui batas kewajaran. Berapa menit sekali idealnya? Hal ini bisa disesuaikan dengan jumlah penumpang yang naik kereta pada jam sibuk di masing-masing jalur yang tentunya berbeda. Semangatnya adalah kenyamanan penumpang menjadi prioritas.

Infrastruktur dan Teknologi
Sesuai dengan international best practice perkeretaapian dunia, jalur kereta seharusnya dedicated untuk kereta. Dengan kata lain, tidak diperkenankan bagi moda transportasi lain untuk melintas di rel kereta tersebut. Tidak jarang kejadian konyol terjadi berupa kecelakaan di jalur perlintasan kereta karena sinyal kereta yang terlambat atau petugas penutup pembatas kereta yang lupa atau tidak ada di tempat. Sungguh sebuah hal yang memalukan. Pembangunan terowongan atau flyover bisa dijadikan solusi sehingga moda transportasi lain tidak melintas di rel kereta api.

Penggunaan teknologi Global Positioning System (GPS) selanjutnya dapat diutilisasi untuk melakukan deteksi keberadaan kereta yang diintegrasikan untuk sistem informasi di setiap stasiun untuk di-update ke schedule board screen. Teknologi ini akan secara maksimal memberikan kepastian waktu kepada para penumpang. Dengan harapan bahwa penumpang mendapatkan informasi yang valid dan pasti.

Konektivitas moda transportasi menjadi sebuah isu yang harus segera menjadi concern. Iniasi ini harus dimulai dari kereta api Indonesia. Konektivitas dengan moda transportasi lain seperti busway, bus umum menjadi sebuah solusi mandatory dalam penyediaan transportasi publik yang handal. Koordinasi dengan pihak terkait sangat penting untuk mengedepankan customer oriented focus.

Selanjutnya adalah komitmen pemeliharaan kereta api. Tidak semata-mata hanya fokus pada pengadaan tetapi menjadwalkan pemeliharaan yang dibuat secara berkala. Bukan tanpa alasan mengingat AC kereta tidak berfungsi, lampu yang tidak diganti, kereta yang kotor diharapkan tidak menjadi isu lagi ke depannya.

Sebagai penutup, mengubah mindset perusahaan yang tadinya product oriented menjadi customer oriented adalah sebuah proses yang memerlukan pengembangan inovasi berdasarkan perspektif customers. Di masa depan kereta api Indonesia diharapkan akan menjadi moda transportasi yang reliable dan memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi sehingga experience penumpang mulai dari fasilitas di stasiun, sarana dan prasarana di kereta, dan kelengkapan infrastruktur akan mengusung sebuah kenyamanan. Hal dimaksud diyakini akan memberikan nilai tambah yang sangat tinggi bagi para stakeholders. Sehingga pada akhirnya, customer akan menyadari bahwa mereka adalah PRIORITAS.


Rasio Utang Terkelola, Produktivitas Terwujud, Rakyat Sejahtera

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata Utang?  Kecenderungan orang akan berpikir parsial dengan terarah ke negatif k...