Langit Biru Pertamina (Source: Website Pertamina) |
Maraknya isu climate change dan global warming menjadi perhatian serius dunia internasional saat ini. Penting disadari bahwa 130 tahun terakhir dunia semakin panas. Bahkan pada 50 tahun terakhir aktivitas manusia dan perkembangan industri khususnya transportasi men-generate jumlah karbondioksida yang fantastis yang menambah panas dan mempengaruhi iklim global. Tidak dapat dipungkiri bahwa polusi udara berpengaruh sangat besar terhadap global warming ini. Siapa yang menyangka bahwa salah satu penyumbang utama polusi tersebut adalah asap kendaraan. Hal ini bermuara pada kualitas seperti apa bahan bakar kendaraan yang dipakai. Disinilah bagaimana PT Pertamina (persero) sebagai pemain utama di pasar bahan bakar nasional seyogyanya menunjukkan perannya.
Berdasarkan Media Centre WHO pada Juli 2017 dinyatakan bahwa climate change sangat mempengaruhi
kesehatan sosial dan lingkungan terutama pada kebersihan air, keamanan air
minum, makanan yang sehat, dan tempat hunian yang layak. Lebih mencengangkan
lagi, antara tahun 2030 dan 2050 nanti, climate
change diperkirakan akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian per tahun
yang diakibatkan oleh heat stress,
diare dan malnutrition. Belum lagi direct damage costs to health terutama
pada sektor pertanian, sanitasi dan perairan diestimasikan antara US$ 2-4
milyar per tahun pada 2030. Lebih lagi, area-area yang miskin infratruktur
kesehatan, yang kebanyakan ada di negara berkembang, akan kesulitan untuk
mengatasi isu kesehatan tanpa adanya pendampingan untuk mempersiapkan kesehatan
di daerah tersebut. Yang paling jelas adalah fakta bahwa jika emisi gas yang
menyebabkan polusi udara tidak segera diturunkan sekarang, maka akan
mempercepat kematian penduduk melaui berbagai penyakit.
Khusus untuk polusi udara, fenomena
ini merupakan suatu kondisi dimana udara yang ada di sekitar dicemari oleh
zat-zat kimia atau partikel yang bersifat negatif yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup manusia bahkan makhluk hidup lainnya. Rasional polusi udara pun
dapat ditimbulkan melalui aktivitas atau kegiatan sehari-hari manusia. Penyebab
yang paling mudah ditemui dan penyumbang utama polusi udara adalah asap
kendaraan. Milyaran alat transportasi baik roda empat atau roda dua memproduksi
asap kendaraan. Polusi udara ternyata dapat mengurangi
jumlah sperma dan dapat menimbulkan kemandulan pada orang dewasa. Efek dari
polusi udara juga dapat mempengaruhi terhadap lingkungan manusia yaitu terjadinya hujan asam, merusakan lapisan ozon,
efek rumah kaca dan merusak perkembangan tanaman.
Tidak heran jika di
daerah pedesaan udaranya lebih bersih dan sehat, langitnya pun lebih biru
daripada di perkotaan. Hal ini salah satunya karena di pedesaaan kuantitas
kendaraan bermotor di pedesaan jauh lebih sedikit dari di kota. Tetapi yang
perlu menjadi perhatian adalah tidak mungkin juga mengharapkan kuantitas
kendaraan bermotor di perkotaan dikurangi drastis sama seperti di pedesaan.
Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah kualitas bahan bakar kendaraannya.
Mengapa ini menjadi penting?
Perwujudan langit
biru khususnya di perkotaan di Indonesia bukanlah sebuah hal yang mustahil
untuk diwujudkan. Berkaca dari Seoul yang behasil melakukan revolusi di
berbagai sektor termasuk bahan bakar kendaraan sehingga mampu menjadikan kota
tersebut memiliki langit biru. Miris rasanya melihat banyaknya warga Jakarta
yang berkunjung ke daerah pedesaan dan berkata:
“wah sudah lama saya tidak melihat langit sebiru ini.” Atau
“sudah lama sekali saya tidak bisa melihat bulan dan bintang
sejelas ini di malam hari.”
Mencoba untuk
melihat lebih spesifik, perlu diperhatikan sebuah solusi yang doable dan implementable yaitu mengubah bahan bakar kendaraan dari premium
(RON 88) ke Pertamax (RON 92). Research Octane Number (RON) merupakan angka
yang menerangkan ketahanan bahan bakar terhadap kompresi didalam mesin tanpa
meledak sendiri. Mengapa hal ini perlu dilaksanakan?
Memang di Indonesia jenis bahan bakar minyak yang paling
digemari adalah premium (RON 88) karena harga yang relatif lebih murah. Tanpa
disadari penggunaan premium dalam mesin kompresi yang tinggi akan
mengakibatkan knocking yang dapat
menyebabkan tenaga mesin berkurang sehingga terjadi inefisiensi atau
pemborosan. Knocking berkepanjangan akan bermuara pada
kerusakan piston sehingga komponen tersebut harus lebih cepat diganti. Di
samping menggunakan tambahan pewarna, premium juga tidak memiliki zat aditif, sehingga kondisi mesin
kurang berfungsi prima dan terjaga. Dan yang paling parah adalah RON 88 ini
menghasilkan Nox dan Cox dalam jumlah besar. Dengan kata lain, premium akan
mempercepat kerusakan mesin dan perangkat kendaraan serta berbahaya bagi
lingkungan.
Berbeda halnya dengan premium,
permatax (RON 92) jauh lebih ramah lingkungan. Bagaimana tidak? Bahan bakar
minyak ini mampu menerima tekanan pada mesin kompresi yang tinggi sehingga
dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Mesin yang memiliki kompresi tinggi
akan membutuhkan bahan bakar dengan oktan yang tinggi. Hasilnya, tenaga mesin
menjadi lebih maksimal. Tidak seperti premium, pertamax memiliki zat aditif dan
bebas timbal. Dan memang bahan bakar ini ditujukan untuk kendaraan yang
menggunakan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal. Yang paling penting
adalah RON 92 ini menghasilkan Nox dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit
dibanding premium. Sehingga penting untuk meningkatkan kualitas bahan bakar
minyak yang lebih ramah lingkungan sehingga kualitas udara lebih terjaga, lebih
sehat, dan tentu saja langit pun tetap biru.
Restrukturisasi Kilang Pertamina
PT Pertamina (persero)
sebagai pemain utama di pasar bahan bakar nasional pun menyambut baik concern khalayak. Sebagai pelaksana
pemasok dan distributor bahan bakar minyak (BBM), Pertamina pun menilik lebih
jauh impact analisis terkait
penghapusan premium dan diganti pertamax sebagai rekomendasi Tim Reformasi Tata
Kelola Migas. Pertamax dipercaya akan membuat lingkungan menjadi lebih baik
karena bahan bakar minyak ini memang jauh lebih bersih dan ramah lingkungan dibanding
premium. Dalam artian, jika lingkungan baik maka masyarakat dan negara akan
menjadi lebih baik. Hal itu akan bermuara pada impact yang harus mendapatkan perhatian untuk dilakukan
penyesuaian.
Ilustrasi Kilang Pertamina (Source: Website Pertamina) |
Upaya restrukturisasi
dan peremajaan kilang pertamina menjadi hal yang mandatory untuk secepatnya dilaksanakan. Bukan tanpa alasan
mengingat upaya peningkatan
kualitas dan kapasitas kilang, PT Pertamina diharapkan mampu memproduksi RON 92
sebagai perwujudan ketahanan dan cadangan BBM nasional.
Dengan kata lain kilang pertamina memerlukan upgrade. Upaya ini lebih terintegrasi dalam Refining Development Masterplan Program (RDMP). SAmpai September 2016, Proyek Langit Biru
Cilacap (PLBC) adalah sebagai satu terobosan perwujudan Langit Biru. Bahkan
kilang minyak yang berlokasi di Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap propinsi jawa tengah disinyalir akan menjadi kilang
minyak yang terbesar di asia tenggara. Berdasarkan informasi dari Website Pertamina (2016) proyek ini telah memasuki tahap konstruksi minggu ke-17 dari total keseluruhan waktu yang direncanakan. Pada tahap ini sudah dilakukan demolition work, site grading, serta trial excavation di area Axen, FOC 1, area Utilities dan area Temporary Facility. Kegiatan ini meliputi pembersihan lahan, pengecekan kondisi tanah, pemadatan tanah serta penebangan pohon di sekitar area tersebut.
Kondisi PLBC September 2016 (Source: Website Pertamina) |
Akan sangat solutif
jika Pembangunan kilang-kilang RDMP selesai, maka proyeksi kapasitas pengolahan
minyak mentah akan meningkat dua kali lipat dari 820.000 barel per hari (bph)
menjadi 1,68 juta bph (Website Pertamina, 2017). Tentu saja pembangunan
kilang-kilang RDMP akan bermuara pada produksi minyak dengan RON 92 ke atas. Peningkatan
kapasitas dan kualitas inilah yang akan membuat Indonesia bisa melepas ketergantungannya
terhadap RON 88. Lantas bagaimana dengan persiapan infrastruktur? Hal
inilah yang perlu menjadi concern
Pertamina dalam mengantisipasi impact kebijakan
shifting ke RON 92 tersebut. Jika
premium dihapus, Pertamina perlu mengolah lagi naphta untuk ditingkatkan
menjadi Pertamax. Di samping itu Pertamina juga harus mempersiapkan tangki dan
alat angkut berupa kapal serta infrastrutur lainnya.
Penghapusan
premium dan diganti dengan pertamax adalah sebuah keniscayaan bahwa langit akan
menjadi lebih biru. Dalam artian bahwa hal ini adalah pilihan yang lebih baik
bagi masyarakat yang akan bermuara pada peningkatan perekonomian. Selanjutnya,
bagaimana masyarakat menghadapi kebijakan ini mengingat RON 92 lebih mahal dan
sengitnya kompetitor perminyakan Pertamina? Langit biru akan tersisa sebagi
mimpi jika kebijakan ini tidak memikirkan dampaknya pada konsumsi bahan bakar
mikrolet, angkutan umum dan sepeda motor yang akan diprediksi menjadi pihak
yang paling resisten akan kebijakan ini karena mahalnya harga pertamax.
Sehingga mau tidak mau subsidi harus tetap digelontorkan oleh pemerintah karena
jika tidak maka akan memuluskan perusahan minyak luar negeri menguasai BBM di
Indonesia.
Langit Biru Pertamina (Source: Website Pertamina) |
Semua langkah terpadu di atas adalah sebagai bentuk perhatian para generasi milenial yang lebih mengedepankan kualitas hidup dan masa depan yang lebih baik yang dikenal dengan Generasi Langit Biru. Generasi milenial penting untuk mensuarakan urgensi awareness berbagai pihak terutama pemerintah dan Pertamina untuk men-generate kebijakan-kebijakan yang align dengan langkah internasional dalam upaya peduli lingkungan. Langit biru sebagai masa depan yang cerah dan optimis serta penuh dengan harapan baru akan menjadi hal yang bisa dicapai jika didasari komitmen upaya perbaikan dalam hal ini reskonstruksi kilang Pertamina. Sehingga dengan adanya Langit biru, maka kualitas hidup dan masa depan yang lebih baik untuk generasi kita selanjutnya akan terjamin.
#GenLangitBiru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar