Rabu, 08 November 2017

Restrukturisasi Kilang Pertamina Dalam Upaya Perwujudan Langit Biru

Langit Biru Pertamina (Source: Website Pertamina)

Maraknya isu climate change dan global warming menjadi perhatian serius dunia internasional saat ini. Penting disadari bahwa 130 tahun terakhir dunia semakin panas. Bahkan pada 50 tahun terakhir aktivitas manusia dan perkembangan industri khususnya transportasi men-generate jumlah karbondioksida yang fantastis yang menambah panas dan mempengaruhi iklim global. Tidak dapat dipungkiri bahwa polusi udara berpengaruh sangat besar terhadap global warming ini. Siapa yang menyangka bahwa salah satu penyumbang utama polusi tersebut adalah asap kendaraan. Hal ini bermuara pada kualitas seperti apa bahan bakar kendaraan yang dipakai. Disinilah bagaimana PT Pertamina (persero) sebagai pemain utama di pasar bahan bakar nasional seyogyanya menunjukkan perannya.

Berdasarkan Media Centre WHO pada Juli 2017 dinyatakan bahwa climate change sangat mempengaruhi kesehatan sosial dan lingkungan terutama pada kebersihan air, keamanan air minum, makanan yang sehat, dan tempat hunian yang layak. Lebih mencengangkan lagi, antara tahun 2030 dan 2050 nanti, climate change diperkirakan akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian per tahun yang diakibatkan oleh heat stress, diare dan malnutrition. Belum lagi direct damage costs to health terutama pada sektor pertanian, sanitasi dan perairan diestimasikan antara US$ 2-4 milyar per tahun pada 2030. Lebih lagi, area-area yang miskin infratruktur kesehatan, yang kebanyakan ada di negara berkembang, akan kesulitan untuk mengatasi isu kesehatan tanpa adanya pendampingan untuk mempersiapkan kesehatan di daerah tersebut. Yang paling jelas adalah fakta bahwa jika emisi gas yang menyebabkan polusi udara tidak segera diturunkan sekarang, maka akan mempercepat kematian penduduk melaui berbagai penyakit. 

Khusus untuk polusi udara, fenomena ini merupakan suatu kondisi dimana udara yang ada di sekitar dicemari oleh zat-zat kimia atau partikel yang bersifat negatif yang  dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia bahkan makhluk hidup lainnya. Rasional polusi udara pun dapat ditimbulkan melalui aktivitas atau kegiatan sehari-hari manusia. Penyebab yang paling mudah ditemui dan penyumbang utama polusi udara adalah asap kendaraan. Milyaran alat transportasi baik roda empat atau roda dua memproduksi asap kendaraan. Polusi udara ternyata dapat mengurangi jumlah sperma dan dapat menimbulkan kemandulan pada orang dewasa. Efek dari polusi udara juga dapat mempengaruhi terhadap lingkungan manusia yaitu  terjadinya hujan asam, merusakan lapisan ozon, efek rumah kaca dan merusak perkembangan tanaman. 
Tidak heran jika di daerah pedesaan udaranya lebih bersih dan sehat, langitnya pun lebih biru daripada di perkotaan. Hal ini salah satunya karena di pedesaaan kuantitas kendaraan bermotor di pedesaan jauh lebih sedikit dari di kota. Tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah tidak mungkin juga mengharapkan kuantitas kendaraan bermotor di perkotaan dikurangi drastis sama seperti di pedesaan. Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah kualitas bahan bakar kendaraannya. Mengapa ini menjadi penting?
Perwujudan langit biru khususnya di perkotaan di Indonesia bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Berkaca dari Seoul yang behasil melakukan revolusi di berbagai sektor termasuk bahan bakar kendaraan sehingga mampu menjadikan kota tersebut memiliki langit biru. Miris rasanya melihat banyaknya warga Jakarta yang berkunjung ke daerah pedesaan dan berkata:
“wah sudah lama saya tidak melihat langit sebiru ini.” Atau
“sudah lama sekali saya tidak bisa melihat bulan dan bintang sejelas ini di malam hari.”
Mencoba untuk melihat lebih spesifik, perlu diperhatikan sebuah solusi yang doable dan implementable yaitu mengubah bahan bakar kendaraan dari premium (RON 88) ke Pertamax (RON 92). Research Octane Number (RON) merupakan angka yang menerangkan ketahanan bahan bakar terhadap kompresi didalam mesin tanpa meledak sendiri. Mengapa hal ini perlu dilaksanakan?
Memang di Indonesia jenis bahan bakar minyak yang paling digemari adalah premium (RON 88) karena harga yang relatif lebih murah. Tanpa disadari penggunaan premium dalam mesin kompresi yang tinggi akan mengakibatkan knocking yang dapat menyebabkan tenaga mesin berkurang sehingga terjadi inefisiensi atau pemborosan. Knocking berkepanjangan akan bermuara pada kerusakan piston sehingga komponen tersebut harus lebih cepat diganti. Di samping menggunakan tambahan pewarna, premium juga tidak memiliki zat aditif, sehingga kondisi mesin kurang berfungsi prima dan terjaga. Dan yang paling parah adalah RON 88 ini menghasilkan Nox dan Cox dalam jumlah besar. Dengan kata lain, premium akan mempercepat kerusakan mesin dan perangkat kendaraan serta berbahaya bagi lingkungan.

Berbeda halnya dengan premium, permatax (RON 92) jauh lebih ramah lingkungan. Bagaimana tidak? Bahan bakar minyak ini mampu menerima tekanan pada mesin kompresi yang tinggi sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Mesin yang memiliki kompresi tinggi akan membutuhkan bahan bakar dengan oktan yang tinggi. Hasilnya, tenaga mesin menjadi lebih maksimal. Tidak seperti premium, pertamax memiliki zat aditif dan bebas timbal. Dan memang bahan bakar ini ditujukan untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal. Yang paling penting adalah RON 92 ini menghasilkan Nox dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding premium. Sehingga penting untuk meningkatkan kualitas bahan bakar minyak yang lebih ramah lingkungan sehingga kualitas udara lebih terjaga, lebih sehat, dan tentu saja langit pun tetap biru.

Restrukturisasi Kilang Pertamina

PT Pertamina (persero) sebagai pemain utama di pasar bahan bakar nasional pun menyambut baik concern khalayak. Sebagai pelaksana pemasok dan distributor bahan bakar minyak (BBM), Pertamina pun menilik lebih jauh impact analisis terkait penghapusan premium dan diganti pertamax sebagai rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Pertamax dipercaya akan membuat lingkungan menjadi lebih baik karena bahan bakar minyak ini memang jauh lebih bersih dan ramah lingkungan dibanding premium. Dalam artian, jika lingkungan baik maka masyarakat dan negara akan menjadi lebih baik. Hal itu akan bermuara pada impact yang harus mendapatkan perhatian untuk dilakukan penyesuaian.

Kebijakan shifting dari RON 88 ke RON 92 melahirkan pekerjaan rumah baru pada titik produksi. Siapa yang menyangka kilang minyak di Indonesia ternyata sudah tua dan hanya bisa memproduksi BBM berkualitas rendah seperti RON 88. Sampai 2015, hanya kilang Balongan yang bisa memproduksi bensin RON 92. Indonesia melakukan impor HMOC (High Octan Mogas Component) berkadar RON 92. Selanjutnya, HOMC ini akan diolah di kilang-kilang Pertamina dan diturunkan spesifikasinya menjadi RON 88. Padahal di negara lain tidak diproduksi lagi jenis BBM ini karena disadari tidak ramah lingkungan.
Ilustrasi Kilang Pertamina (Source: Website Pertamina)

Upaya restrukturisasi dan peremajaan kilang pertamina menjadi hal yang mandatory untuk secepatnya dilaksanakan. Bukan tanpa alasan mengingat upaya peningkatan kualitas dan kapasitas kilang, PT Pertamina diharapkan mampu memproduksi RON 92 sebagai perwujudan ketahanan dan cadangan BBM nasional. Dengan kata lain kilang pertamina memerlukan upgrade. Upaya ini lebih terintegrasi dalam Refining Development Masterplan Program (RDMP). SAmpai September 2016, Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) adalah sebagai satu terobosan perwujudan Langit Biru. Bahkan kilang minyak yang berlokasi di Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap propinsi jawa tengah disinyalir akan menjadi kilang minyak yang terbesar di asia tenggara. Berdasarkan informasi dari Website Pertamina (2016) proyek ini telah memasuki tahap konstruksi minggu ke-17 dari total keseluruhan waktu yang direncanakan. Pada tahap ini sudah dilakukan demolition work, site grading, serta trial excavation di area Axen, FOC 1, area Utilities dan area Temporary Facility. Kegiatan ini meliputi pembersihan lahan, pengecekan kondisi tanah, pemadatan tanah serta penebangan pohon di sekitar area tersebut. 

Kondisi PLBC September 2016 (Source: Website Pertamina)

Akan sangat solutif jika Pembangunan kilang-kilang RDMP selesai, maka proyeksi kapasitas pengolahan minyak mentah akan meningkat dua kali lipat dari 820.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph (Website Pertamina, 2017). Tentu saja pembangunan kilang-kilang RDMP akan bermuara pada produksi minyak dengan RON 92 ke atas. Peningkatan kapasitas dan kualitas inilah yang akan membuat Indonesia bisa melepas ketergantungannya terhadap RON 88. Lantas bagaimana dengan persiapan infrastruktur? Hal inilah yang perlu menjadi concern Pertamina dalam mengantisipasi impact kebijakan shifting ke RON 92 tersebut. Jika premium dihapus, Pertamina perlu mengolah lagi naphta untuk ditingkatkan menjadi Pertamax. Di samping itu Pertamina juga harus mempersiapkan tangki dan alat angkut berupa kapal serta infrastrutur lainnya.

Penghapusan premium dan diganti dengan pertamax adalah sebuah keniscayaan bahwa langit akan menjadi lebih biru. Dalam artian bahwa hal ini adalah pilihan yang lebih baik bagi masyarakat yang akan bermuara pada peningkatan perekonomian. Selanjutnya, bagaimana masyarakat menghadapi kebijakan ini mengingat RON 92 lebih mahal dan sengitnya kompetitor perminyakan Pertamina? Langit biru akan tersisa sebagi mimpi jika kebijakan ini tidak memikirkan dampaknya pada konsumsi bahan bakar mikrolet, angkutan umum dan sepeda motor yang akan diprediksi menjadi pihak yang paling resisten akan kebijakan ini karena mahalnya harga pertamax. Sehingga mau tidak mau subsidi harus tetap digelontorkan oleh pemerintah karena jika tidak maka akan memuluskan perusahan minyak luar negeri menguasai BBM di Indonesia. 

Langit Biru Pertamina (Source: Website Pertamina)

Semua langkah terpadu di atas adalah sebagai bentuk perhatian para generasi milenial yang lebih mengedepankan kualitas hidup dan masa depan yang lebih baik yang dikenal dengan Generasi Langit Biru. Generasi milenial penting untuk mensuarakan urgensi awareness berbagai pihak terutama pemerintah dan Pertamina untuk men-generate kebijakan-kebijakan yang align dengan langkah internasional dalam upaya peduli lingkungan. Langit biru sebagai masa depan yang cerah dan optimis serta penuh dengan harapan baru akan menjadi hal yang bisa dicapai jika didasari komitmen upaya perbaikan dalam hal ini reskonstruksi kilang Pertamina. Sehingga dengan adanya Langit biru, maka kualitas hidup dan masa depan yang lebih baik untuk generasi kita selanjutnya akan terjamin.


#GenLangitBiru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rasio Utang Terkelola, Produktivitas Terwujud, Rakyat Sejahtera

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata Utang?  Kecenderungan orang akan berpikir parsial dengan terarah ke negatif k...